Tuesday, August 20, 2013

Anak anda masih sering ngompol?



Sekedar sharing..
Anja anak pertama saya, sekitar umur 2thn sdh tidak ngompol..
Tiap malam pakai pospak.. tapi pagi hari selalu dalam kondisi kering..
Kemudian lanjut Toilet Learning..
Setiap bangun tidur langsung di bawa ke toilet untuk pipis..
Setiap 2 jam sekali dibawa ke toilet untuk pipis (kadang udah keduluan Anja pipis di pospak), sebelum tidur wajib pipis dulu..
Alhamdulillah tidak sampai usia 2,5 tahun sudah lepas pospak dan sudah tidak ngompol

Cerita tadi berdasarkan pengalaman saya dengan anak pertama saya..
Sekarang anak kedua saya masih berumur 1 thn 4 bulan..
Sudah mulai saya ajarkan Toilet Learning tp karena ngomongnya belum jelas.. kadang saya sering terlewat.. atau saya tidak paham dengan “TANDA” yg adek sampaikan:D

Saya mencoba Browsing tentang “OMPOL”
Dan menemukan Artikel yg bagus ini...
Ternyata....

Pada umur 2 tahun, umumnya anak-anak sudah tidak mengompol di kala tidur siang hari, tapi kadang-kadang masih mengompol pada malam hari. Pada umur 3 tahun, tiga dari empat anak sudah tidak mengompol pada malam hari. Bagaimana bila Balita Anda masih sering ngompol? Ada beberapa penyebab:
  • Mengalami keterlambatan proses pematangan sistem saraf. Pada sebagian anak, perkembangan metabolisme yang melibatkan sistem saraf pusat, otot-otot pengontrol kembang-kempis kandung kemih, dan kemampuan otaknya untuk memberi perintah ”bangun” kepada tubuh saat kandung kemih penuh, berjalan lebih lambat.
  • Anak tidur sangat nyenyak (deep sleep). Banyak orangtua mengeluhkan anak mereka yang sangat sulit dibangunkan dari tidur. Ini salah satu ciri khas anak-anak yang mengalami masalah mengompol.
Coba kita terapkan cara-cara berikut:  
  1. Bersikap sewajar. Jangan jengkel, marah, atau panik. Bukahkah ia ngompol  tanpa sengaja? Proses perkembangan kemampuan mengontrol fungsi kerja kandung kemih ini memang butuh waktu dan kesabaran. Namun, bukan berarti Anda boleh mengganggapnya hal biasa. Ajak si kecil membantu Anda mengganti sepreinya atau membersihkan bekas ompolnya. Setelah itu, cari kesempatan untuk membicarakan masalah ini tanpa menyalahkannya.
  2. Bangun rasa percaya diri anak. Selain tidak menyalahkan, apalagi sampai mempermalukannya di depan orang lain, beri pemahaman bahwa dia bukan satu-satunya anak yang masih mengompol. Kalau salah satu dari Anda kebetulan pernah mengalami hal yang sama sewaktu kecil, katakan padanya. Dengan demikian, anak tidak merasa hanya dia yang melakukan 'kesalahan' itu.
  3. Bantu anak belajar untuk yakin bahwa dia bisa berhenti mengompol. Bantu dia mengajaknya ke kamar mandi dan membuka celananya. Lakukan setelah anak minum susu, atau sebelum dan sesudah tidur. Bahkan, jika anak bangun tidur dan mengompol, ajak dia ke kamar mandi untuk BAK lagi atau sekadar membersihkan badannya. Lakukan secara konsisten. Namun, sebaiknya Anda tidak membangunkan anak di malam hari untuk ke toilet, karena tidak memberi dia kesempatan belajar kontrol BAK atas kesadarannya sendiri.
  4. Ciptakan sarana yang mendukung proses belajar, misalnya dengan menambahkan alas duduk khusus untuk anak-anak pada dudukan kloset, dan memberi penerangan yang memadai di sepanjang jalan dari kamar tidur ke kamar mandi.
  5. Beri pujian atau hadiah bila anak tidak ngompol agar dia semakin termotivasi  mengatasi masalahnya. Hadiah bisa berupa sekadar memeluk dan menciumnya sampai mengajaknya jalan-jalan ke tempat bermain favoritnya.
  6. Tanamkan kebiasaan baru, seperti:
  • Lebih banyak minum pada siang hari. Namun, jangan menyuruhnya mengurangi minum pada malam hari. Selain tidak membantu mengatasi masalah mengompol, si kecil juga harus tetap cukup minum.
  • Menghindari makanan yang banyak mengandung garam atau teh, terutama menjelang tidur malam. Selain tidak baik untuk kesehatan, jenis makanan atau minuman ini bisa merangsang keinginan untuk BAK.
  • Membatasi penggunaan popok sekali pakai, misalnya hanya sepanjang perjalanan atau keluar rumah dalam waktu relatif lama. Memang popok jenis ini mempermudah orangtua demi kebersihan dan kesehatan, namun membuat gerak anak terbatas dan dia akan terbiasa BAK kapan saja dan di mana saja.  
Ke Dokter bila:
  • Ngompol lagi setelah berhenti minimal 6 bulan. Ini dinamakan ngompol sekunder. Istilah ngompol primer diberikan pada anak yang sejak lahir hingga usia 5 atau 6 tahun masih ngompol, dan belum pernah “kering” minimal 6 bulan. Pada ngompol sekunder, kadang-kadang diperlukan pemeriksaan radiologi dan laboratorium yang lebih lengkap daripada ngompol primer.
  • Mengeluhkan ada rasa panas atau sakit saat BAK Siapa tahu dia mengalami infeksi saluran kemih.
  • Makan atau minum lebih banyak dari biasanya disertai sering pipis. Gejala ini biasanya dikaitkan dengan gangguan metabolisme, yakni kencing manis usia dini.
Sumber : Ayah bunda

Thursday, August 15, 2013

Sibling Rivalry - Persaingan antara saudara kandung

Teman - teman mungkin pernah mengalami atau melihat ada seorang kakak mendorong adiknya hingga jatuh terduduk dan menangis. hanya karena Si kakak ingin meminta mainan yang dipegang adiknya, namun tidak dikasih. Lantas direbutlah mainan itu dan si adik di dorong. tak lama berselang si ibu menggendong si adik yang sedang menangis, tiba tiba si kakak segera meletakkan mainan yang direbutnya tadi, lantas mengangkat kedua tangannya minta di gendong juga. (mungkin karena ga kuat menggendong 2 anak sekaligus) si ibu membujuk si kakak agar bergantian aja gendongnya, nunggu si adik diam dan tenang dulu. Eh, malah si kakak yang nangis (atau pura-pura nangis) sambil menghentakkan kakinya di lantai. Maka di mulailah episode perebutan mama. Perebutan perhatian. dan ini disebut SIBLING RIVALRY

Sibling rivalry adalah persaingan atau kompetisi diantara saudara kandung untuk mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya. Sibling rivalry bisa berwujud kecemburuan, persaingan dan juga pertengkaran.

Apakah Sibling Rivalry dalam keluarga sulit diatasi?
Banyak yang menyarankan untuk memiliki anak dengan rentang waktu kelahiran sekitar 1-2 tahun dengan alasan agar lelahnya sekaligus dan ke depannya orang tua tinggal santai menunggu hasilnya. Hal tersebut memang menimbulkan pro dan kontra, karena di sisi lain membesarkan 1 orang saja dapat dibilang berat apalagi bila harus membesarkan 2 anak sekaligus. Di samping itu, usia anak sampai dengan 5 tahun merupakan saat-saat yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka. Jangan sampai karena kerepotan orang tua yg mengasuh 2 orang anak sekaligus menjadikan mereka "salah asuhan" dan menghambat perkembangannya.

Hubungan antara adik dan kakak yang masih kecil merupakan salah satu interaksi yang berpotensi menimbulkan konflik dan bisa menyebabkan adanya sibling rivalry, yaitu permusuhan dan kecemburuan antar saudara kandung yang dapat menimbulkan ketegangan diantara mereka. Sibling rivalry dapat berbeda intensitasnya tergantung pada jarak usia anak, usia anak itu sendiri, jenis kelamin anak serta urutan kelahiran.
Saudara kandung dengan jarak usia yang pendek akan bertengkar lebih hebat dibandingkan dengan yang jauh perbedaan umurnya. Begitu juga saudara kandung dengan jenis kelamin yang sama, akan bersaing lebih hebat dibandingkan dengan yang berbeda jenis kelaminnya.

Sibling rivalry ini dapat terjadi bila masing-masing anak berusaha untuk lebih unggul satu dengan yang lain. Selain itu peranan orangtua juga sangat penting dan menentukan akan terjadinya sibling rivalry ini dalam keluarganya. Salah satunya adalah karena salah satu anak merasa terancam dengan terbaginya perhatian pada anak yang lain, karena mereka masih sangat bergantung pada cinta dan kasih sayang orangtuanya. Pembagian perhatian yang tidak adil juga dapat menyebabkan sibling rivalry, karena salah satu anak cemburu dan merasa tersisih oleh saudara kandungnya. Sementara penyebab lainnya berasal dari diri anak itu sendiri, yaitu saat salah seorang anak menyadari kekurangannya dari saudara kandungnya.

Untuk mengatasi sibling rivalry dalam keluarga, ada beberapa tips yang dapat dipraktekkan oleh orangtua. Jika ini Anda lakukan niscaya anak-anak Anda akan memiliki rasa toleransi, berempati satu sama lain serta dapat menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa mendatangkan masalah baru.

*Membagi perhatian secara adil*

Untuk menghindari kecemburuan antar anak, sebagai orangtua harus membagi perhatian secara adil kepada anak-anak. Anak kecil yang didera rasa cemburu akan membuatnya mencari alasan untuk bertengkar dengan saudara kandungnya karena merasa orangtuanya tidak adil dengan memberi perhatian yang lebih banyak pada saudaranya. Untuk itu, Anda dapat bergantian dalam memberi perhatian bersama anak-anak, misalnya hari Senin Anda menemani sang kakak les bahasa Inggris, Selasa menunggui sang adik les matematika, Rabu kembali menemani sang kakak latihan basket, Kamis menemani sang adik les piano, dan seterusnya sampai hari Minggu Anda menghabiskan waktu bersama mereka berdua dengan berjalan-jalan ke kebun binatang atau mengunjungi rumah kakek dan nenek.

*Memberi kesempatan yang sama*

Salah satu yang kerap menjadi bahan pertengkaran adalah acara televisi. Di satu sisi sang kakak ingin menonton acara A, sementara sang adik ingin menonton acara B. Salah satu cara mengatasinya adalah Anda dapat memasang alarm dengan hitungan menit tertentu, misalnya 30 menit, bagi tiap orang anak untuk menonton acara yang diinginkannya dan memegang remote tv. Setelah alarm berbunyi, Anda dapat memberikan kesempatan pada anak yang lain untuk melakukan hal yang sama. Dengan demikian, mereka akan merasakan keadilan karena pembagian jatah waktu yang sama disamping melatih toleransi pada anak-anak.

*Memakai label masing-masing barang anak*

Mainan juga kadang menjadi salah satu bahan pertengkaran, terutama pada anak-anak yang berjenis kelamin sama. Solusinya, Anda dapat memberikan label pada masing-masing mainan anak Anda agar mereka tidak saling berebut. Selain itu, mereka juga akan terdidik untuk menghargai barang milik orang lain serta melatih sikap empati dengan merasakan bila barang miliknya direbut atau dipakai oleh orang lain. Namun setelah mereka beranjak besar, Anda juga harus mengajarkan mereka untuk berbagi dengan menggunakan barang yang sama secara bergantian untuk melatih toleransi dan kebersamaan.

*Menyaring tontonan mereka*

Saat ini acara-acara televisi sudah jarang yang ditujukan khusus untuk anak. Tiap stasiun televisi cenderung membuat program-program untuk remaja dan dewasa yang lebih menguntungkan dari sisi finansial. Disinilah tugas Anda sebagai orangtua untuk menyortir tayangan-tayangan yang boleh ditonton anak atau tidak. Jangan sampai karena Anda membebaskan anak untuk menonton acara yang penuh adegan kekerasan, anak menjadi sangat agresif pada saudara atau temannya karena meniru apa yang dilihatnya di televisi seperti kasus-kasus pada anak yang pernah santer terdengar beberapa waktu yang lalu.

Untuk itu, latihlah anak-anak Anda dengan memberikan aturan-aturan yang berlaku dan membuat mereka menjadi anak yang tertib agar tidak terjadi sibling rivalry dalam keluarga.

Sumber : ayahbunda